Senin, 17 November 2014

Edisi G.Guntur




Menyapa 3 Gunung Jelajah Garut

 











Pendakian terakhir di minggu ke-3 G.Guntur
2249 mdpl.


Di pendakian ini aku mendapatkan tugas dari Rocker Ihimadv bukan hanya sekedar mencatat perjalanan pribadi, tetapi ditunjuk sebagai Ketua Tim Opsus untuk pendakian Open Trip Rocker Ihimadv berikutnya.
Tim yang di utus 3 akhwat dan 1 ikhwan sebagai pendamping.
Gunung Guntur adalah sebuah gunung yang terdapat di wilayah barat Garut, Jawa Barat, dengan ketinggian 2.249 mdpl. Gunung Guntur terletak di lokasi geografi : 07° 08'30" LS dan 107° 20' BT. Gunung Guntur mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Gunung Guntur merupakan salah satu gunung berapi paling aktif pada dekade 1800-an. Tapi sejak itu aktivitasnya kembali menurun. Erupsi Gunung Guntur pada umumnya disertai dengan lelehan lava, lapili dan objek material lainnya.

Gunung ini pertama didaki oleh pendaki berkebangsaan Rusia - Jerman, Frans Junghun pada tahun 1837. Pada saat itu Junghun memasukkan gunung ini pada golongan gunung-gunung api paling aktif di Jawa. Gunung ini memiliki dua sumber mata air, yaitu sumber air panas yang mengalir ke Cipanas yang kemudian dimanfaatkan sebagai wisata pemandian Cipanas, dan yang satu lagi sumber air dingin yang mengalir ke aliran curug citiis. (wikipedia)
Gunung Guntur Memang tidak seperti Gunung Gunung di daerah tropis lainnya. Jika gunung lain telihat berwarna biru atau hijau karena adanya pepohonan apabila di lihat dari kejauhan sehingga menimbulkan perasaan untuk mengunjungi gunung tersebut, akan berbanding terbalik jika kita memandang Gunung Guntur dari kejauhan. Guntung Guntur terlihat gersang dan tandus apabila dilihat dari kejauhan. Hal tersebut membuat siapa saja orang yang melihatnya enggan untuk mengunjungi apalagi mendaki gunung tersebut. namun dimata para pendaki gunung, Gunung Guntur merupakan Gunung favorit yang paling sering didaki khususnya oleh para pendaki lokal.
BASECAMP & PENDAFTARAN

Pendakian G Guntur belum terkelola dengan baik, tidak ada basecamp yang secara khusus dikelola untuk pendaki. Perizinan disarankan, akan tetapi masih atas dasar kesadaran pendaki. Pendaftaran dilakukan di rumah Ibu RW (Ibu Tati), yaitu rumah terakhir yang dijumpai sebelum masuk ke penambangan pasir. Rumah ini cukup mudah dikenali karena merupakan satu-satunya rumah dengan warung. Jika melakukan pendaftaran, maka harus melakukan konfirmasi kepulangan setelah turun.






Pesiapan Pendakian G.Guntur di Penambangan Pasir (dok.pribadi)



JALUR PENDAKIAN CITIIS

Tidak ada penanda khusus dalam jalur ini. Secara umum, bentang alam yang dapat dijadikan patokan meliputi:
  • Tambang Pasir
  • Curug Citiis*)
  • Bebatuan curam*)
  • Savana
  • Puncak Bohong
  • Puncak 1 dan Puncak 2

Tambang Pasir - Curug Citiis

Waktu tempuh: + 30 menit - 1,5 jam

Pintu masuk menuju jalur pendakian berada di sebelah kanan di dekat tebing penambangan pasir, ditandai dengan pohon dengan banyak pita-pita pink bergelantungan. Jalan setapak cukup jelas terlihat. Ikuti saja jalan tersebut menuju hutan hingga menemui sungai. Setelah melewati sebuah dam kecil, jika ingin langsung menuju Sabana, maka ikuti jalan setapak ke arah kiri.**) Jika ingin melewati jalan hutan dan melewati Curug Citiis, maka seberangi sungai dan ambil jalan setapak ke arah kanan.

Untuk jalan ke arah Curug Citiis, medannya merupakan jalan tanah yang tidak terlalu menanjak dengan hutan yang cukup rindang di sebelah kanan dan sungai di sebelah kiri. Jalur cukup jelas, dan sesampainya di curug, akan terlihat sebuah shelter yang dapat dipakai sebagai landmark. Curug Citiis meruipakan sumber air terakhir di Gn. Guntur.

Curug Citiis - Bebatuan Curam - Savana

Waktu tempuh: 1 jam - 2 jam

Dari shelter, seberangi sungai dan akan tampak sebuah batu besar. Dari spot ini, jalur ke atas selama sekitar 1 jam berupa bebatuan curam yang cukup terbuka. Suara sungai masih akan tetap terdengar dan terkadang sungai masih dapat terlihat di sisi kanan. Penghujung bebatuan curam ditandai dengan sebuah tanah lapang yang cukup untuk sekitar 2 tenda, yang merupakan penanda bahwa medan pendakian akan segera menjadi savana terbuka setelah melewati beberapa menit medan perpaduan savana dan rerimbunan. Dari situ, jalur masih cukup jelas dan tidak terdapat percabangan-percabangan yang fatal. 





Bebatuan Curam yang akan di lewati (dok.pribadi)




Savana - Puncak Bohong

Waktu tempuh: 2 jam - 4 jam

Ikuti jalur ke arah Savana, di awal-awal jalur selepas rerimbunan padang ilalang cukup tinggi. Akan tampak bekas lava yang cukup besar dan jalur dari bebatuan mengarah pada lava beku tersebut. Terdapat jalur menurun dari dinding lava dan kemudian naik lagi ke atas, ikuti jalur tersebut sehingga bekas lava akan berada di sebelah kanan. Jalur yang akan ditemui cukup jelas, berkerikil tipis, dengan beberapa lava beku yang masih dapat dilihat di awal-awal jalur. Terdapat beberapa pohon pinus di kanan kiri jalur, dan dari sini tambang pasir di bawah maupun puncak bohong di atas tampak jelas. Dari jalur ini, tampak jalur paralel lain yang berdekatan dan juga mengarah ke puncak. Terkadang, terdapat pijakan alternatif pada ilalang yang dapat mempermudah pendaki untuk naik dan turun dibandingkan jalur kerikil yang licin. Puncak yang tampak dari jalur ini dinamakan Puncak Bohong, yang ditandai dengan sebuah batu besar yang dikenal sebagai Batu Bohong.


Pemandangan dari jalur Savana menuju Puncak Bohong





Puncak sejati (Puncak 2) Gn. Guntur

Puncak Bohong - Puncak 1 - Puncak 2

Waktu tempuh: + 30 menit - 1,5 jam

Dari Puncak Bohong, jalur menuju puncak sejati relatif lebih mudah dan lebih landai. Puncak 2, yang merupakan puncak sejati ditandai dengan tanah lapang dengan bendera Merah Putih (tentative), serta terdapat batuan semen persegi panjang kira-kira setinggi lutut. Terdapat 2 alternatif: 

Alternatif 1 yaitu dengan mengikuti jalur ke arah kanan tanpa melewati Puncak 1. Jalur ini awalnya landai, dan kemudian akan langsung nampak Puncak 2 dengan melewati jalur berkerikil.

Alternatif 2 mengikuti jalur ke arah Puncak 1 yang tampak dari Puncak Bohong. Terdapat jalur yang cukup jelas, yang kemudian menuruni punggungan Puncak 1 lalu mendaki tanpa jalur hingga ke Puncak 2 yang tampak cukup jelas. Dari awal punggungan Puncak 2, ikuti jalur ke arah kanan. Pijakan relatif lebih stabil dan jalur lebih pendek. Jika sedang berkabut, sebaiknya jangan mengambil jalur ini.

Sekalipun cukup mudah bagi pendaki yang cukup berpengalaman, Gn. Guntur bukan merupakan gunung yang "semudah itu" jika ingin membawa pendaki pemula. Kerikil tipis disertai medan yang kemiringannya berkisar 40 - 75 derajat dengan panas yang menyengat merupakan tantangan tersendiri terutama dalam perjalanan turun. Salah satu peserta tim kami dalam pendakian kali ini bahkan menangis beberapa kali dikarenakan medan yang sangat curam dan licin, sehingga secara psikologis "menakutkan" dan memberikan sugesti tergelinding. Peserta lainnya tergelinding secara ekstrim (hingga terdapat pose kaki di atas kepala) 2 kali. Pendakian "tektok" (mendaki dan turun dalam sehari) hanya disarankan bagi pendaki yang sudah teruji kecepatan dan konsistensi waktunya.




Edisi G.Cikuray



Menyapa 3 Gunung Jelajah Garut

 








Minggu kedua di Bulan Oktober, Gunung Cikuray 2818 mdpl.

Di pendakian ini aku mengikuti rombongan para akhwat petualang dari Rocker IHIMADV sendiri dengan 20 peserta akhwat dan 5 panitia Akhwat.
Gunung Cikuray terletak persis di tengah-tengah Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat, yang dikelilingi oleh 5 kecamatan yaitu Cilawu, Cigedug, Cikajang, Banjarwangi, dan Bayongbong. Untuk mencapai puncak Gunung Cikuray jalur yang biasa dilewati ada 2 jalur: dari Dayeuh Manggung di Cilawu dan melalui Ciledug. Jalur yang paling dekat akan tetapi lebih terjal adalah dari Ciledug, sedangkan jalur Dayeuh Manggung adalah jalur yang dianjurkan meskipun jaraknya kebih jauh akan tetapi tingkat keterjalannya tidak seekstrim Ciledug. Setelah tiba di puncak akan terlihat hamparan gunung-gunung di sekitar Garut, awan memutih yang beriringan, dan laut pantai selatan. Terdapat beberapa tower pemancar dari stasiun-stasiun TV di Indonesia seperti, TVRI, Indosiar, dan stasiun TV Swasta lainnya yang biasanya menjadi patokan ketika kita mendaki. Kita juga dapat menyaksikan pemandangan yang menakjubkan ke arah gunung-gunung di sekitar seperti Papandayan, Guntur, Ciremai, Tangkuban Perahu, dan Burangrang. Di puncak Gunung Cikuray kita juga dapat menyaksikan panorama yang indah kota Garut di malam hari dan di kaki langit membentang Samudra Hindia (Pantai Selatan).
Gunung Cikuray mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan Hutan Ericaceous.






Rombongan Kami di Pemancar G.Cikuray(dok.pribadi)

Perjalanan dari Terminal Guntur untuk menuju titik awal pendakian yaitu stasium pemancar TV dapat memakan waktu sekitar 1 Jam dengan booking pick up atau angkot. Keadaan jalan untuk menuju stasiun pemancar di area kebun Teh cukup sempit di mana hanya dapat dilalui satu mobil dan jalan tersebut hanya tesusun dari bebatuan.
Dari kebun teh akan terlihat punggungan trek cikuray yang terlihat jelas, jika cuaca cerah tanpa kabut. Perjalanan melewati kebun teh hanya singkat, sekitar 30 menit sampai stasiun pemancar dengan keadaan jalur yang gersang,berdebu dan menanjak.. Setelah itu baru memasuki hutan yang teduh. Di luar musim hujan, kondisi tanah masih terlihat gersang dan berdebu bila ditapaki. Terdapat beberapa tower pemancar dari stasiun-stasiun TV di Indonesia seperti, TVRI, Indosiar, dan stasiun TV Swasta lainnya yang biasanya menjadi patokan ketika mendaki.

Menuju Pos 1 dapat dicapai dari stasiun pemancar TV dengan waktu tempuh sekitar 50 menit. Kemudian ditambah sekitar 50 menit lagi untuk menuju Pos 2. Waktu tempuh Pos 2 ke Pos 3 adalah 1,5 kali lebih lama dibanding waktu tempuh dari Pos 1 ke Pos 2. Karena medannya yang curam, dengan kontur yang rapat, Pos 1, Pos 2, dan Pos 3 hanya mampu menampung satu sampai dua tenda. Sementara di Pos 4 terdapat tempat yang lebih luas yang dapat menampung sampai tiga tenda. Sebelum memulai pendakian, sebaiknya mengisi perbekalan air di stasiun pemancar TV. Dalam musim kemarau panjang, pendaki tidak dapat mengisi perbekalan air di stasiun pemancar karena para pekerja di stasiun pemancar tersebut juga harus bolak–balik ke desa untuk mengisi ulang air yang mereka butuhkan. Maka untuk lebih pastinya, sebaiknya diisi sebelum menuju stasiun pemancar, tepatnya di desa terakhir : Desa Cisumur atau Cikoneng di Desa Dayeuh Manggung, Kecamatan Cilawu. Pos 4 Perjalanan dilanjutkan terus mendaki dari Pos 4 menuju Pos membutuhkan waktu sekitar 45 menit dengan kemiringan yan lebih terjal seperti Pos 3 menuju Pos 4 yang kemudian dapat dilanjutkan ke Pos Puncak Bayangan yang memiliki lahan yang lebih luas dari lima pos sebelumnya dan dengan keadaan lebih datar tanpa adanya semak belukar. Perjalanan setelah Pos Puncak Bayangan dapat dilakukan menuju Pos yang luasnya hampir sama dengan pos puncak bayangan yang mampu menampung sekitar 3 sampai 4 tenda. Dari Pos 6 ini pepohonan tinggi sudah tidak terlalu rapat namun masih dapat menghalangi hantaman angin langsung dan sudah sangat dekat dengan Puncak Gunung Cikuray. Pos 6 ini dapat menjadi tempat yang paling santai untuk menunggu momen matahari terbit atau tenggelam. Hanya tinggal menanjak ke puncak kurang dari 15 menit dengan membawa perbekalan secukupnya, lalu balik lagi ke Pos 6 sekitar 10 menit. Puncak Gunung Cikuray dengan menampilkan panorama kota dan pegunungan di wilayah Garut. Di sebelah barat tampak berjajar pegunungan sampai ke arah utara, mulai dari Gunung Papandayan sampai Gunung Guntur. Di puncak Gunung Cikuray terdapat bangunan berupa pos seluas 2.5 x 2.5 meter. Jadi hanya mampu menampung 1 tenda. Menempati pos di puncak ini merupakan pilihan yang beresiko, apalagi di saat musim hujan. Selain karena kondisi puncak yang gersang dan tidak dikelilingi pepohonan, pos tersebut biasa menjadi incaran para pendaki yang langsung menuju puncak untuk mendirikan tenda. 







PUNCAK CIKURAY (dok.pribadi)